Oleh-oleh dari Cannes Film Market 2022
Berkunjung ke film festival bukan hanya sekedar untuk menonton film atau bertemu dengan kawan lama/baru. Di Cannes film festival mata saya terbuka melihat film market yang ternyata melibatkan tidak hanya filmmaker, actor, distributor, sales agent, programmer, dan penonton melainkan juga institutsi "negara." Apa yang mereka lakukan di festival international seperti ini? Apakah ada agenda politik?
Saya memberanikan diri mengunjungi paviliun negara-negara yang "menarik" bagi saya secara personal. Memperkenalkan diri sebagai seorang produser sekaligus pelajar yang sedang menempuh pendidikan di UK. Tergantung kebutuhan. Apabila mengunjungi paviliun UK dan Europe saya akan memperkenlkan diri sebagai seorang pelajar yang sedang mencari "knowledge" dan "opportunity" sedangkan ketika berkunjung di paviliun Southeast Asia, saya akan memperkenalkan diri sebagai seorang produser dari Indonesia agar mendapatkan informasi lebih mengenai program yang mereka tawarkan.
Paviliun Malaysia
Bendera Malaysia memang tidak berkibar di sepanjang pantai Cannes. Namun mereka menyewa satu spot di dalam market hall dan mengatasnamakan Malaysia. Saya menemui beberapa produser, manager studio, dan orang-orang pemerintahan. Saya datang dengan rasa penasaran, merasa percaya diri bahwa industri perfilman nasional Indonesia, dibanding Malaysia, jauh lebih maju. Dibandingkan Indonesia, minat penonton Malaysia terhadap film nasionalnya sendiri masih jauh lebih rendah. Lalu, apa yang mereka tawarkan?
Ternyata Malaysia memiliki studio produksi yang sangat mumpuni. Mereka menawarkan "lokasi dan studio" kepada studio film Hollywood dan Eropa yang ingin membuat film dengan set Southeast Asia maupun negara tropis. Selain itu, tenaga kerja perfilman Malaysia memiliki skill berbahasa Inggris yang baik. Sebagai contoh film "Crazy Rich Asian." yang secara cerita harusnya berlokasi di Singapura. Apabila kita ingat, set rumah nenek Nick Young yang sangat mewah dan dikelilingi oleh kebun yang sangat luas. Kira-kira, di negara bagian mana Singapura kita bisa menemukan rumah seperti demikian? Jawabannya ternyata di Johor. Lokasi pengambilan gambar film CRA sebagian besar diambil di Malaysia.
Selain lokasi, Malaysia juga menawarkan film insentif bagi studio di luar negaranya. Hal ini menambahkan poin benefit yang akan didapatkan bagi filmmaker mancanegara.
"Film in Malaysia Incentive (FIMI) is a 30% cash rebate on all Qualifying Malaysian Production Expenditure (QMPE) which meets the criteria further elaborated upon in these Guidelines. FIMI is available for both Malaysian and foreign production activities."
Apakah Indonesia punya studio yang sesuai dengan kebutuhan film produksi Hollywood? Studio paling terkenal ialah Infinite Studio di Batam, yang sesungguhnya dimiliki oleh perusahaan Singapura. Studio ini juga sering digunakan untuk produksi film-film dan series internasional. Selain itu, di Bali terdapat beberapa production service yang berdiri tanpa campur tangan dan dukungan dari pemerintah.
Paviliun Thailand
Sejujur-jujurnya, yang menarik dari Paviliun ini adalah program happy hour yang mereka adakan setiap pukul 16.00. Mereka mengundang secara terbuka bagi siapapun yang datang ke film market untuk berkunjung ke Paviliun Thailand dan merasakan masakan-masakan street food Thailand, seperti Tom Yum, Somtam, Pad Thai, Mango Sticky Rice, maupun minuman khas mereka seperti Thai tea dan Sangho Beer. Bagi pelajar dengan uang saku yang sangat terbatas seperti saya, berkunjung ke paviliun ini bisa menghemat pengeluaran makan malam.
Di pembukaan happy hour hari pertama, mereka mendatangkan perwakilan dari kementerian pariwisata dan kebudayaan untuk membuka acara dan menyambut tamu-tamu yang hadir. Saya berkenalan dengan pengunjung yang pernah, sedang, atau akan bekerja sama dengan Thailand. Tidak sedikit pula yang tidak tahu menahu tentang industri film di Thailand, tapi ingin bertemu dan berkenalan dengan siapapun yang ada disana. Selain berkenalan dengan sesama pengunjung, saya sempatkan pula untuk mendengarkan presentasi dari perwakilan "Komite Perfilman Thailand" yang berada di Paviliun tersebut. Negara ini memiliki insentif yang lebih menarik daripada Malaysia.
Apa saja yang ditawarkan oleh Thailand?
- Cash Rebate sebesar 20%.
Apabila produser memilih Thailand sebagai lokasi syuting, segala jenis pembelian barang dan/atau jasa yang mereka keluarkan akan mendapatkan cash rebate sebesar 20%. Seperti membeli barang, lalu mendapatkan cash back. Bahkan terdapat program yang memberikan tambahan insentif untuk lokasi tertentu yang sedang dipromosikan sebagai tujuan pariwisata baru Thailand.
- Lokasi dari utara sampai selatan dan kemudahan perizinannya
Thailand menawarkan lokasi-lokasi dengan keindahan alam tropis serta peninggalan-peninggalan sejarah seperti kuil dan candi. Selain itu, lokasi-lokasi ini juga saling terhubung dengan mudah, dengan adanya berbagai pilihan transportasi di Thailand. Baik darat, udara, maupun laut. Film council menawarkan bantuan pengurusan perijinan penggunaan lokasi kepada pemerintah maupun masyarakat setempat.
- Sumber Daya Manusia
Skill yang mumpuni, didukung dengan kemampuan berbahasa Inggris yang baik. Meskipun sebagian besar masyarakat Thailand tidak berbahasa Inggris, crew film Thailand memiliki kecakapan dalam berbahasa Inggris.
Informasi tambahan:
Thailand meningkatkan insentif produksinya per Februari 2023, menjadi 30%.
Bersebelahan dengan paviliun Thailand, ada Singapura dan Filipina yang duduk di satu atap. Keduanya tampak berbagi informasi satu sama lain. Apabila melihat industri film nasional Singapura, jumlah produksi film nasional berbanding jauh dengan Indonesia yang bisa memproduksi hingga ratusan film.
Singapura menawarkan lokasi-lokasi yang beragam, mulai dari set perkotaan hijau dengan sentuhan tradisi Asia hingga bangunan-bangunan kolonial dan arsitektur modern. Kemudahan perizinan lokasi dan pengurusan visa. Bahkan kecepatan perpindahan lokasi karena kondisi jalanan Singapura yang sepi kendaraan bermotor. Singapura juga memiliki insentif program untuk film panjang pilihan, dengan memberikan cashback s.d. 40% dari pengeluaran yang dilakukan di Singapura.
Selain itu Filipina tidak kalah memberikan penawaran yang menarik. 20% cash rebate bagi produser yang menggunakan Filipina sebagai lokasi dan up to 40% cash rebate untuk project international co-production. Selain mentargetkan produser-produser dari barat. Filipina juga menawarkan program khusus untuk mendongkrak kerjasama di Asia Tenggara. Tanpa minimum spending, apabila produser bekerjasama dengan Filipina sebagai lokasi syuting atau post-production, film council akan memberikan insentif sebesar $50K hingga $159k. Dalam hal ini, produser dari negara ASEAN lainnya harus bekerja sama dengan produser Filipina sehingga bisa membuat pengajuan ke film council.
Bisnis Lokasi Produksi
Apa saja yang bisa diberdayakan dari produksi film di suatu daerah/negara?
1. Persewaan Lokasi
Dalam satu film, terdapat beberapa lokasi baik public space maupun private. Produksi film memiliki budget untuk menyewa tempat-tempat yang sesuai dengan skrip. Hal ini bisa dipaketkan dengan penggunaan listrik, air, maupun fasilitas lainnya seperti wifi dan pengolahan sampah produksi.
2. Transportasi dan Logistik
Untuk berpindah lokasi, crew film membutuhkan van yang disewa dari lokasi tersebut. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh persewaan mobil, van, truck, maupun kendaraan lainnya. Selain itu juga berpengaruh pada penyedia layanan tiket pesawat, kapal, dsb apabila filmmaker dan aktor berasal dari daerah yang berbeda.
3. Akomodasi
Hotel atau travel agent bisa bekerjasama dengan tim produksi untuk menyediakan penginapan dan ruang transit bagi crew dan cast film. Hal ini bisa dipaketkan dengan berbagai kebutuhan sehari-hari seperti sarapan dan room service.
4. Konsumsi
Makan adalah kebutuhan primer manusia. Hal ini membuka kesempatan bagi perusahan katering, restoran, cafe, dan sejenisnya.
5. Sumber Daya Manusia
Selain crew film, aktor, dan ekstras lokal, sebuah produksi film juga membutuhkan tenaga warga lokal yang akan membantu mengolah kebutuhan produksi.
Apa efeknya bagi pariwisata?
Sudah terbukti di beberapa lokasi di Indonesia, terdapat fenomena peningkatan jumlah pengunjung setelah lokasi tersebut digunakan sebagai setting film. Dalam buku panduan pendirian komite film daerah pun disebutkan bahwa setelah rilisnya film 5 cm karya Rizal mantovani, Lonjakan pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Rata-rata 2.500 – 2.700 kunjungan per tahun menjadi di atas 5.000 kunjungan per tahun. Setelah rilisnya film Ada Apa Dengan Cinta 2, terdapat fenomena wisata Napak Tilas AADC 2 di Jogja. Jumlah pengunjung di beberapa spot, seperti Sellie Cafe pun meningkat. Bahkan kini terdapat ticketing di Gereja Ayam, Magelang. Selain itu terdapat “Paket Uji Nyali Rumah Pengabdi Setan” Perkebunan teh dan rumah tua yang awalnya sepi pengunjung, mendadak menjadi destinasi wisata populer di wilayah Pangalengan, Jawa Barat, berkat hadirnya paket wisata khusus pasca penayangan film Pengabdi Setan (Joko Anwar, 2017).
Selain itu, dalam kancah internasional, berikut data peningkatan jumlah pengunjung suatu lokasi setelah dijadikan sebagai set film.
Thailand sudah lebih dulu menyadari fenomena ini. Setelah rilisnya film The Man With Golden Gun (1974) yang dibintangi oleh James Bond, keindahan Phuket menjadi perhatian dunia sehingga kemudian menjadi tujuan favorit wisata dunia. Ditambah rilisnya film The Beach (2000) yang dibintangi oleh Leonardo Dicaprio, Phi-phi island semakin mendunia. Di lokasi yang sama, terjadi tsunami yang menggemparkan dunia di tahun 2004, yakni tsunami yang sama yang melanda Aceh, Indonesia. Meskipun pusat tsunami tersebut berada di Aceh, namun produser film Hollywood lebih tertarik untuk menggunakan real story sebuah keluarga yang sedang liburan di Thailand dan harus menghadapi bencana tersebut. Sehingga, lokasi yang digunakan ialah Thailand.
Bali, Indonesia pun sebenarnya juga mengalami peningkatan jumlah turis internasional sejak rilisnya film Eat, Pray, Love (2010) yang dibintangi oleh Julia Roberts. Namun, tahun 2022 menjadi tamparan keras bagi pemerintah Indonesia karena film berjudul "Ticket to Paradise" yang dibintangi oleh aktris yang sama, memilih untuk syuting di luar Indonesia namun menggunakan nama "Bali" sebagai setting. Setelah diusut, ternyata kerumitan perizinan syuting di Indonesia menjadi pertimbangan yang besar bagi produser film mancanegara.
Di tengah usaha peningkatan pariwisata Indonesia, seharusnya pemerintah sudah menyadari potensi film sebagai media promosi Indonesia di kancah internasional. Film adalah garda terdepan peningkatan ekonomi kreatif lainnya. Kemampuannya merangkum aspek audio visual dan kemudahan distribusinya memiliki keunggulan telak dibanding medium ekonomi kreatif lainnya. Apabila dibanding dengan iklan, tentu saja film memiliki kekuatan yang lebih soft dan jangka panjang. Daripada menghabiskan miliaran rupiah dana negara untuk memproduksi iklan Wonderful Indonesia dan membayar media promosi di negara lain, akan lebih menguntungkan pula jika memberikan insentif atau cash rebate bagi international production house yang membawa actor hollywood terkenal untuk syuting di Indonesia lalu mendistribusikan filmnya ke international market. Pemerintah tidak perlu repot mengurus hal-hal lain selain persoalan perizinan dan cash rebate.
Namun sayangnya, pemerintah belum benar-benar memperhatikan potensi dan ekspansi industri perfilman Indonesia ke kancah internasional dan sebaliknya. Co-production dan kerjasama internasional antar production house masih dilakukan secara mandiri oleh para produser. Sebagai salah satu contoh, setelah memutari semua sudut film market Cannes Film Festival 2022, saya tidak menemukan satupun perwakilan dari Indonesia.
Saya hanya berpikir, jika Indonesia ada di Cannes, kira-kira apa yang akan ditawarkan? Apakah film dan project semata? Indonesia belum punya insentif untuk production house dari negara lain yang ingin syuting di Indonesia. Bahkan industri film ada di bawah bendera kementerian yang mana pun belum jelas. Apakah Kementerian Kebudayaan? atau Perdagangan? Atau Kementerian Ekonomi Kreatif? Apakah secara regulasi Kemenparekraf yang memiliki andil untuk mengatur insentif dan kerjasama internasional?
Comments
Post a Comment
comment here...